"TIADA"
(Dream Catcher Trilogy #3)
Copyright © 2010 by Lisa McMann
Copyright © 2010 by Lisa McMann
Alih bahasa: Rosemary Kesauly
Desain cover: Martin Dima
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan pertama: Oktober 2010
ISBN-13: 978-979-22-6286-5
216 hlm
S I N O P S I S
Namun ia tidak ingin menyeret Cabel.
Janie tahu cowok itu akan setia mendampinginya meskipun tahu apa yang akan terjadi. Cabel memang menakjubkan. Karena itu Janie justru harus pergi.
Lalu seseorang hadir dalam hidup Janie -dan segalanya jadi kacau. Masa depan yang sudah diketahuinya sekarang berubah. Sendirian, ia harus memutuskan mana pilihan terbaik di antara yang buruk.
Dan sementara itu waktu terus berjalan....
R E S E N S I
Remaja merupakan masa di mana hubungan dengan orangtua begitu rentan. Perbedaan kecil bisa mengakibatkan pertengkaran besar.
Kesuksesan besar Janie mengungkap kasus pelecehan seksual di Friedridge High berdampak besar bagi dirinya pribadi. Identitasnya sebagai agen rahasia pun terungkap. Semua orang menunjuk-nunjuk dan membicarakan dirinya. Itu membuatnya tak nyaman.
Janie telah membaca seluruh isi buku tulis hijau milik Miss Stubin. Ada dua pilihan untuk menjalani masa depannya. Terus menjadi penangkap mimpi dengan resiko buta di usia dua puluhan dan jari-jari bengkok di umur tigapuluhan. Atau menyendiri, meninggalkan orang-orang yang Janie sayangi, meninggalkan Cabel.
Lalu muncul seorang laki-laki bernama Henry Feingold dalam keadaan koma. Henry adalah Ayah Janie. Ayah yang tak tahu bahwa Janie ada. Sosok asing yang hanya ada dalam mimpi-mimpi Ibunya. Laki-laki satu-satunya yang dicintai Ibunya, tapi juga sangat dibenci Ibunya.
Cabel membawa Janie ke sebuah alamat di luar kota, rumah Henry. Ayahnya ternyata selama ini tinggal tidak jauh dari mereka. Hidup menyendiri, menyewa rumah jauh dari keramaian, dan menjalankan bisnis online. Henry orang baik -menurut cerita Cathy, supir truk pengiriman barang yang sudah lama mengenal Henry. Dan ternyata Henry juga penangkap mimpi.
Ketika Janie mengunjungi Henry di rumah sakit, ia tersedot ke dalam mimpi Ayahnya itu. Mimpi yang berupa gambar statis seperti TV tanpa saluran. Mimpi itu benar-benar menguras kekuatan Janie. Namun dikunjungan berikutnya, mimpinya semakin jelas walaupun masih diawali dengan gambar statis. Henry duduk di sebuah kursi, ditemani Miss Stubin. Henry berteriak minta tolong padanya, tapi Janie tak tahu harus menolong bagaimana.
Janie telah memutuskan, ia ingin hidup normal walaupun harus meninggalkan orang-orang yang ia sayangi. Henry bisa menjalaninya, dan Janie pasti juga bisa. Ia akan meneruskan sewa rumah milik Henry, ia juga bisa mewarisi bisnis online Henry.
Janie mengunjungi Henry untuk terakhir kalinya. Ia tertidur setelah tenaganya terkuras habis ketika tersedot ke dalam mimpi Henry. Tanpa diduga, Henry masuk ke dalam mimpi Janie. Membantu Janie mengubah mimpi buruhnya. Lalu Janie terbangun dengan kedatangan perawat untuk melihat keadaan Henry. Anehnya, ekspresi kesakitan di wajah Henry telah hilang. Tidurnya terlihat damai. Dan Janie memutuskan mencoba memasuki mimpi Henry sekali lagi. Tak ada gambar statis, tak ada Henry maupun Miss Stubin di sana. Yang ada hanya kursi kosong dengan selembar pesan yang ditinggalkan -Morton's Fork. Keesokan harinya, Janie mendapat kabar bahwa Ayahnya meninggal.
Apakah maksud dari Morton's Fork untuk Janie? Benarkah keputusan yang telah ia ambil? Dan bagaimana dengan orang-orang yang ia tinggalkan?
Kali ini konfliknya bukan lagi ke dalam mimpi-mimpi yang menyedot tokoh utama, tapi lebih ke dalam perang batin. Keadaan yang membuat tokoh utama kacau. Orang asing yang selama ini tak pernah ia pikirkan, tiba-tiba muncul dan mengubah seluruh hidupnya. Membuatnya berpikir ulang tentang segala keputusannya.
Jika dibandingkan dengan buku sebelumnya, terjadi penurunan kisah. Tak ada petualangan-petualangan dalam memasuki mimpi. Hanya pengungkapan misteri-misteri dari buku sebelumnya.
Kesuksesan besar Janie mengungkap kasus pelecehan seksual di Friedridge High berdampak besar bagi dirinya pribadi. Identitasnya sebagai agen rahasia pun terungkap. Semua orang menunjuk-nunjuk dan membicarakan dirinya. Itu membuatnya tak nyaman.
Janie telah membaca seluruh isi buku tulis hijau milik Miss Stubin. Ada dua pilihan untuk menjalani masa depannya. Terus menjadi penangkap mimpi dengan resiko buta di usia dua puluhan dan jari-jari bengkok di umur tigapuluhan. Atau menyendiri, meninggalkan orang-orang yang Janie sayangi, meninggalkan Cabel.
Lalu muncul seorang laki-laki bernama Henry Feingold dalam keadaan koma. Henry adalah Ayah Janie. Ayah yang tak tahu bahwa Janie ada. Sosok asing yang hanya ada dalam mimpi-mimpi Ibunya. Laki-laki satu-satunya yang dicintai Ibunya, tapi juga sangat dibenci Ibunya.
Cabel membawa Janie ke sebuah alamat di luar kota, rumah Henry. Ayahnya ternyata selama ini tinggal tidak jauh dari mereka. Hidup menyendiri, menyewa rumah jauh dari keramaian, dan menjalankan bisnis online. Henry orang baik -menurut cerita Cathy, supir truk pengiriman barang yang sudah lama mengenal Henry. Dan ternyata Henry juga penangkap mimpi.
Ketika Janie mengunjungi Henry di rumah sakit, ia tersedot ke dalam mimpi Ayahnya itu. Mimpi yang berupa gambar statis seperti TV tanpa saluran. Mimpi itu benar-benar menguras kekuatan Janie. Namun dikunjungan berikutnya, mimpinya semakin jelas walaupun masih diawali dengan gambar statis. Henry duduk di sebuah kursi, ditemani Miss Stubin. Henry berteriak minta tolong padanya, tapi Janie tak tahu harus menolong bagaimana.
Janie telah memutuskan, ia ingin hidup normal walaupun harus meninggalkan orang-orang yang ia sayangi. Henry bisa menjalaninya, dan Janie pasti juga bisa. Ia akan meneruskan sewa rumah milik Henry, ia juga bisa mewarisi bisnis online Henry.
Janie mengunjungi Henry untuk terakhir kalinya. Ia tertidur setelah tenaganya terkuras habis ketika tersedot ke dalam mimpi Henry. Tanpa diduga, Henry masuk ke dalam mimpi Janie. Membantu Janie mengubah mimpi buruhnya. Lalu Janie terbangun dengan kedatangan perawat untuk melihat keadaan Henry. Anehnya, ekspresi kesakitan di wajah Henry telah hilang. Tidurnya terlihat damai. Dan Janie memutuskan mencoba memasuki mimpi Henry sekali lagi. Tak ada gambar statis, tak ada Henry maupun Miss Stubin di sana. Yang ada hanya kursi kosong dengan selembar pesan yang ditinggalkan -Morton's Fork. Keesokan harinya, Janie mendapat kabar bahwa Ayahnya meninggal.
Apakah maksud dari Morton's Fork untuk Janie? Benarkah keputusan yang telah ia ambil? Dan bagaimana dengan orang-orang yang ia tinggalkan?
Kali ini konfliknya bukan lagi ke dalam mimpi-mimpi yang menyedot tokoh utama, tapi lebih ke dalam perang batin. Keadaan yang membuat tokoh utama kacau. Orang asing yang selama ini tak pernah ia pikirkan, tiba-tiba muncul dan mengubah seluruh hidupnya. Membuatnya berpikir ulang tentang segala keputusannya.
Jika dibandingkan dengan buku sebelumnya, terjadi penurunan kisah. Tak ada petualangan-petualangan dalam memasuki mimpi. Hanya pengungkapan misteri-misteri dari buku sebelumnya.
C O V E R - L A I N
Tidak ada komentar:
Posting Komentar