Selasa, 14 April 2015

[RESENSI] JINGGA DAN SENJA by ESTI KINASIH


"JINGGA DAN SENJA"
(Jingga dan Senja Trilogy #1)
Copyright © 2010 by Esti Kinasih
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan pertama: Februari 2010
ISBN: 978-979-2254-31-0
312 hlm


S I N O P S I S

Tari dan Ari, dua remaja yang dipertemukan oleh takdir. Selain bernama mirip, mereka juga sama-sama lahir sewaktu matahari terbenam. Namun, takdir mempertemukan mereka dalam suasana "perang". Ari yang biang kerok sekolah baru kali ini bertemu cewek, adik kelas pula, yang berani melawannya. Kemarahan Ari timbul ketika tahu Tari diincar oleh Angga, pentolan SMA musuh.

Angga, musuh bebuyutan sekolah Ari sekaligus musuh pribadi Ari, langsung berusaha mendekati Tari begitu cewek itu tak sengaja terjebak dalam tawuran dan Ari berusaha keras menyelamatkannya. Demi dendam masa lalu, Angga bertekad harus bisa merebut cewek itu. Memanfaatkan peluang yang ada, Angga kemudian maju sebagai pelindung Tari. Ari selama ini dikenal tidak peduli terhadap cewek tiba-tiba berusaha mendapatkan Tari dengan segala cara. Namun, predikat buruk Ari jelas membuat Tari tidak ingin berurusan dengan cowok itu. Semakin Ari berusaha mendekatinya, semakin mati-matian Tari menjauhkan diri...


Esti Kinasih melejit setelah meluncurkan FAIRISH (2004). Karya-karyanya selanjutnya selalu menjadi best-seller. CEWEK!!!, STILL, dan DIA, TANPA AKU selalu cetak ulang.


R E S E N S I

Esti Kinasih, nama yang sudah sering saya lihat tercetak di beberapa karya. Namun, ini untuk pertama kalinya saya membaca karyanya. Dan saya lumayan suka.

Ada pepatah yang menyebutkan, "Apalah arti sebuah nama". Namun justru dalam kisah ini nama-lah yang menjadi pokok awal segala permasalahan.

Ari dan Tari, dipertemukan oleh takdir karena sebuah alasan sederhana. Nama yang sama, bahkan nama lengkap Tari membuka luka lama Ari dan mengusik rahasia tergelapnya.

Ari dan Tari dipertemukan dengan cara unik. Tari memang belum mengenal sosok Ari, namun ia dibuatnya terkesan--pada awalnya. Hingga sebuah insiden tawuran antara dua sekolah merubah semuanya. Melibatkan Ari sebagai pentolan SMA Airlangga dan Angga pentolan SMA Brawijaya bahkan Tari.

Karena nama lengkap Tari-lah segalanya berubah. Angga yang menyimpan dendam pribadi terhadap Ari, mendekati Tari dan menjadikannya sebagai pion untuk membalas Ari. Benarkah murni balas dendam?

Sedangkan Ari yang pada awalnya hanya ingin melindungi Tari, berubah seketika ketika mengetahui nama lengkap gadis itu. Ia bertekad mendapatkan Tari, apa pun caranya. Tapi mengapa?

Tari terjebak di antara dua pria. Ari, seniornya, merubah hari-hari Tari. Tari yang dulunya junior biasa, kini terkenal seantero SMA Airlangga bak selebritis. Dan Angga, pentolan SMA Brawijaya yang notabene musuh bebuyutan SMA Airlangga, yang berani berdiri menghadapi Ari demi gadis itu. Siapa yang bakal Tari pilih? Dan siapkah ia dengan segala konsekuensinya?


Kisah ini sebenarnya biasa-biasa saja. Tentang muda-mudi yang saling suka, hingga yang saling bersaing. Tentang otoritas senior terhadap juniornya. Tentang kenakalan akibat broken home. Hingga tawuran khas anak SMA. Dan yang membuat kisah ini terlalu berasa seperti FTV yang lebay adalah ketidakadanya tindakan terhadap kenakalan dan kenekatan seorang Ari. Guru-guru seakan terlalu mudah ditakhlukkan. Tak ada yang bisa menghentikan anak itu.

Kisah ini bersetting di sekolah, sekolah, dan sekolah. Ya, hampir sembilan puluh persen kejadian berlangsung di sekolah. Hanya beberapa kejadian yang bersetting di rumah Tari, serta satu kali di Mall. Serta beberapa kali di jalanan. Tak ada kejadian khas anak sekolah seperti belajar kelompok atau kongkow di kafe atau di Mall.

Entah mengapa, saya sama sekali tak ingin kisah ini diangkat ke layar lebar ataupun sinetron. Terlalu banyak kekerasan dan hal-hal yang saya tidak ingin ditiru generasi muda negara ini. Sudah cukup sinetron-sinetron yang menurut saya tidak mendidik. Jangan ditambah lagi. CUKUP.

Kisah ini berakhir dengan sebuah tanda tanya besar. Ya, saya tahu kisah ini berseri. Tapi paling tidak ada sedikit rahasia masa lalu antara Ari, Ata, dan Angga yang terungkap. Bukannya berakhir dengan begitu banyak pertanyaan yang entah bisa saya temukan di seri selanjutnya atau bahkan harus ke seri berikutnya lagi. Membuat saya frustasi, sangat frustasi.

Satu lagi yang membuat saya tidak nyaman. Gaya bahasa. Saya terbiasa membaca karya-karya terjemahan yang sebagian besar menggunakan EYD. Ketika saya membaca kisah ini dengan bahasa gaul ala remaja dengan panggilan "Elo-Gue" bukannya "Saya-Kamu", rasanya memang aneh. Tapi begitu sudah mencapai sepertiga bagian, saya mulai terbiasa. Walaupun beberapa kali harus memiringkan kepala. Ini semua memang masalah kebiasaan. Bukan salah penulis ataupun editornya. Semua kembali ke selera masing-masing pembaca.

Secara keseluruhan, kisah ini bisa dinikmati. Dan satu lagi, tidak semua adegan dalam kisah ini patut untuk ditiru! 


RATTING 2 of 5

<< ESTI KINASIH >>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Blogger templates

Comments

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *