Rabu, 01 April 2015

[RESENSI] MIDNIGHT FOR CHARLIE BONE by JENNY NIMMO

Charlie Bone

"TENGAH MALAM BAGI CHARLIE BONE"
(The Children of The Red King Series #1)
Copyright © Jenny Nimmo
Penerjemah: Iryani Syahrir
Pewajah sampul: Scott Altmann
Penerbit: Ufuk Press
Cetakan pertama: November 2010
ISBN: 978-602-8801-52-2
412 hlm


S I N O P S I S

Charlie merasakan jemari bak cakar mencekeram bahunya. Nenek Bone membungkuk di atasnya. "Katakan apa yang kau dengar," desak Nenek Bone. "Suara-suara," kata Charlie. "Rasanya seperti berasal dari foto ini."

Akibat bakat ajaibnya, Charlie dikirim ke sekolah asrama Bloor's Academy ketika berusia sepuluh tahun. Sekolah itu berisi ratusan murid yang sepuluh di antaranya adalah anak-anak berbakat ajaib, seperti Billy yang bisa berbicara kepada binatang dan Gabriel yang bisa mendeteksi perasaan pemilik benda yang disentuhnya.

Di Bloor's Academy yang penuh misteri, Charlie menyelidiki hilangnya Emma, seorang anak perempuan yang diduga telah dihipnotis oleh Manfred Bloor, anak kepala sekolah. Bersama sahabat-sahabatnya, Benjamin dan Fidelio, Charlie berusaha mengungkapnya. Mampukah mereka memecahkan misteri tersebut? Selain itu, bisakah Charlie bertemu kembali dengan ayahnya, yang baru ia ketahui hilang, bukannya meninggal?




R E S E N S I

Charlie Bone dan Bloor's Academy, mengingatkan saya pada kisah petualangan Harry Potter dan Hogwarts. Hanya saja, tak ada sihir dalam kisah ini.


Charlie Bone, seorang anak yang pada awalnya mengira ia yatim, tinggal bersama ibu, Maisie, Nenek Bone, dan paman Paton. Ia mempunyai sahabat yang tinggal tepat di seberang rumahnya, Benjamin dan anjingnya, Runner Bean. Kehidupan Charlie yang wajar, tiba-tiba berubah saat ia melihat foto seorang pria yang menggendong bayi--foto yang tertukar dengan foto Runner Bean yang akan Charlie gunakan sebagai kartu ucapan ulang tahun untuk Benjamin. Charlie bisa mendengar suara yang berasal dari foto itu.

Charlie berasal dari keturunan keluargan Yewbeam dari pihak ayahnya, dan hari itu tiba-tiba ketiga bibi Yewbeam datang membawa kabar buruk bagi Charlie. Ternyata Charlie diberkahi, dan ia harus bersekolah di Bloor's Academy mulai tengah semester ini.

Di sini saya kasihan pada sosok Benjamin. Gambaran seorang anak tunggal yang orangtuanya sibuk bekerja hingga ia terlupakan. Kesepian dan mengurusi segala keperluannya sendiri. Hadirnya hewan peliharaan menjadi penghibur di tengah kesendiriannya.

Charlie kedatangan tamu. Seorang pria dengan tiga ekor kucing berwarna seperti api. Mr. Onimous dan Arie, Leo, Sagittarius. Ketiga kucing itu membunuh lima belas ekor tikus yang entah bagaimana ada dalam lemari makanan. Lalu Mr. Onimous menyarankan Charlie untuk mengembalikan foto yang tertukar itu.

Foto itu milik Miss Ingledew, foto Mr. Tolly, kakak iparnya, beserta keponakannya yang hilang, Emma Tolly. Sebagai gantinya, Charlie mendapatkan robot anjing ciptaan Mr. Tolly yang cocok sebagai hadiah untuk ulang tahun Benjamin. Charlie juga mendapatkan sebuah kotak besi yang Miss Ingledew tak mau lagi menyimpannya. Katanya, kotak itulah yang telah Mr. Tolly tukarkan dengan bayi kecilnya. Dan ternyata, kotak itu membawa bencana bagi Charlie.

Bencana apakah yang akan menimpa Charlie? Apa isi kotak itu hingga banyak orang menginginkannya, termasuk para bibi Yewbeam? Dapatkah Charlie menemukan kunci untuk membuka kotak besi itu dan menemukan bayi yang hilang? Bagaimana pula kehidupan baru Charlie di Bloor's Academy?

Kisah ini sangat mirip dengan kisah Harry Potter. Hanya saja menurut saya tak seseru petualangan Harry dan dunia sihirnya. Charlie juga melewati petualangan di Bloor's Academy bersama dua orang sahabat barunya, Fidelio Gunn dan Olivia Vertigo. Seperti Harry Potter dengan Ron Weasley dan Hermione Granger di Hogwarts. Hmm, sebaiknya saya tidak membandingkan Charlie Bone dan Harry Potter lebih jauh lagi.

Seorang anak tunggal, yang terbiasa dikelilingi kasih sayang dari orang-orang terdekatnya, tiba-tiba harus bersekolah di sekolah asrama yang beberapa orang penghuninya begitu membencinya. Saya ikut merasakan bagaimana sang tokoh utama begitu merindukan rumah dan segala kenyamanannya. Sebagus-bagusnya rumah orang lain, tentu saja tetap lebih nyaman di rumah sendiri. Apakah Anda sependapat dengan saya?

Membahas Bloor's Academy tentu saja akan selalu membandingkan dengan Hogwarts. Bloor's Academy terbagi dalam tiga asrama: musik, drama, dan entah apa yang satu lagi. Sama seperti Griffindor dan teman-temannya di Hogwarts. Hanya saja dibedakan dengan adanya kemodernan dalam Bloor's Academy yang ditandai dengan adanya lampu listrik, walaupun ada juga yang memakai lilin. Lihat kan, bagaimana saya tidak membandingkan keduanya jika kemiripannya begitu banyak?

Ohya, ada sesuatu yang mengganjal ketika saya selesai membaca kisah ini. Bagaimana caranya Emilia Moon atau Emma Tolly bisa keluar dari tempat ia ditahan oleh Manfred Bloor. Saya yakin dengan cara terbang. Tapi mengapa tidak dijabarkan? Lalu bagaimana bisa paman Paton yang hanya memecahkan beberapa kaca dan lampu bisa membuat Mr. Bloor ketakutan dan menyerahkan dokumen milik Emma Tolly? Semua dibuat terlalu mudah. Keseruannya berkurang pada akhirnya...

Tapi secara keseluruhan, untuk petualangan anak-anak, ini sudah lebih dari seru. Dan tentu saja saya tidak sabar untuk membaca kisah kelanjutan Charlie Bone di Bloor's Academy.


C O V E R - L A I N

  

  

  

  

  


RATTING 3 of 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Blogger templates

Comments

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *